Sensus Sampah 2024, Mapala Humendala FEB UNRI Rilis Produsen Penyumbang Sampah di Senapelan Pekanbaru
CakapRakyat.com, Pekanbaru - Mapala Humendala FEB UNRI bekerjasama dengan Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) melaksanakan kegiatan Sensus Sampah Plastik di Jl Meranti, Kel. Kampung Baru, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau, pada Sabtu (27/4/2024).
Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April dengan tema “Dorongan Muda-Mudi Wujudkan Riau Hijau: Tingkatkan Kesadaran Pemerintah, Produsen, dan Masyarakat Akan Bahaya Sampah Plastik Sekali Pakai”.
Sensus sampah plastik merupakan kegiatan mengidentifikasi sampah plastik berdasarkan brand, tipe produk, material dan jenis layers, untuk diketahui para polluters penghasil sampah plastik tersebut. Pada kegiatan sensus sampah plastik kali ini, didapati banyaknya timbulan sampah plastik yang mengapung diatas sungai maupun yang berada di bibir sungai.
Muhammad Alsept Syarif alias Asep selaku Koordinator Sensus Sampah Plastik Mapala Humendala menjelaskan bahwa kegiatan ini didasari oleh adanya Program Riau Hijau dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 97 Tahun 2017.
“Kegiatan Sensus Sampah Plastik ini dilaksanakan juga berdasarkan beberapa landasan. Pertama, karena adanya Program Riau Hijau yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Riau Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Riau Hijau. Kedua, PP nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Dan Strategis Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Rumah Tangga pada pasal 4 ayat (1) yang menjelaskan bahwa produsen penghasil sampah plastik juga wajib untuk ikut andil dalam pengurangan sampah rumah tangga dan sejenisnya. Maka kami sebagai Mahasiswa Pecinta Alam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau ingin mengambil peran sebagai pendukung sekaligus mengingatkan Para Produsen penghasil sampah plastik, Pemerintah Daerah maupun Pusat akan perlunya realisasi pelaksanaan regulasi yang telah ditetapkan,” Kata Asep.
Sensus Sampah Plastik ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu: pemungutan sampah, pemilahan sampah sesuai material, brand, serta jenis layers, terakhir adalah input data sampah plastik yang telah dipisahkan ke dalam microsoft exel.
“Dua hari sebelum pelaksanan, kami melakukan survey lokasi yang akan menjadi tempat pelaksanaan Sensus. Sebenarnya banyak titik tumpukan sampah yang ada di muara parit Kota Pekanbaru. Akhirnya kami sepakati salah satu muara parit yang ada di Kampung Baru. Sesampainya di lokasi, pertama-tama kami mengumpulkan sampah terlebih dahulu. Kedua, kami pilah berdasarkan material, brand, dan jenis layers .Terakhir, kami lakukan input data menggunakan barcode scanner yang akan langsung masuk ke database microsoft exel. Sampah-sampah yang tidak memiliki barcode kami input secara manual menggunakan metode drafting,” tambahnya.
Imam Yoemi Aziz selaku orang yang menginput data sensus menerangkan bahwa sampah yang ditemukan bermacam-macam. Mulai dari sampah plastik, kain, maupun sampah organik. Imam juga membeberkan kebanyakan sampah plastik yang ditemukan yakni kantong plastik kresek tidak ada brand atau tidak diketahui secara pasti produsennya.
“Kami berhasil mengumpulkan 1.013 pcs sampah plastik pada kegiatan ini. Sampah didominasi oleh plastik single layer dan multi layers dari beberapa polluters makanan dan minuman, pembungkus, dan alat perawatan diri. Kami merekap 10 polluters terbesar pada kegiatan ini. Salah satu dari Top 5 polluters adalah produsen yang perusahaannya tidak kami ketahui karena banyak memproduksi plastik kresek, kemudian disusul oleh Wings, PT Tirtasari Floragrata, Indofood, dan mayora," sebut Imam.
Zhafran Arta Malki selaku Ketua Mapala Humendala menerangkan, bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah agar seluruh masyarakat Indonesia terkhusus Riau lebih meningkatkan kesadaran tentang sampah plastic sekali pakai. Baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, produsen, maupun masyarakat umum. Semuanya harus mulai meningkatkan kepedulian dan perlahan memulai kebiasaan baru untuk menuju Riau Hijau.
“Humendala berkomitmen mendukung apapun peraturan pemerintah yang mendukung kelestarian lingkungan. Kegiatan ini nantinya akan menghasilkan data yang kami harapkan dapat menjadi evaluasi bagi Pemerintah Riau mengenai realisasi program Riau Hijau yang dirasa belum maksimal.” jelasnya.
Zhafran juga menyampaikan, bahwa cara untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai adalah dengan mendorong kesadaran masyarakat tentang impact yang akan timbul dari penumpukan sampah plastik ini. Jika minat masyarakat terhadap produk plastik sekali pakai berkurang, maka harapannya produsen akan mengurangi produk yang menggunakan plastik sekali pakai.
Menurut Zhafran Jika kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik sekali pakai semakin meningkat, nantinya akan timbul keinginan untuk mencari produk yang tidak menggunakan kemasan sekali pakai. Otomatis pasaran produk yang menggunakan kemasan sachet akan berkurang kan? Hal ini yang ingin kami dorong. Sehingga nanti produsen akan mencari ide alternatif packaging selain plastik sekali pakai.
Sebagai pesan, Zhafran berkata bahwa untuk mempercepat realisasi program Riau Hijau harus sama-sama dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Baik Pemerintah, Produsen, dan masyarakat umum.
“Maka kami tidak hanya berharap kegiatan ini hanya menjadi evaluasi bagi pemerintah maupun produsen, tetapi juga sebagai ajang mendorong kesadaran masyarakat. Jika pemerintah, produsen, dan seluruh lapisan masyarakat bekerja sama mewujudkan Riau Hijau, maka program ini pasti akan terealisasikan dengan cepat.” tutupnya.